Rabu, 10 September 2008

THE DAENDELS ROADs



THE DAENDELS ROADs

LATAR BELAKANG SEJARAH


Dalam sejarah Indonesia, adalah Napoleon Bonaparte yang telah memerintah agar Jenderal Daendles, dikirim ke Jawa (1 Januari 1808), untuk mempertahankan agar Nusantara jangan sampai direbut Inggris, dan ia pula yang mengirimm Jenderal Janssens sebagai pengganti dan menarik kembali Daendles dari tugasnya di Nusantara (1811) - karena kesewenangan Daendels berlaku sebagai aristrokrat di Jawa, dalam, kerja paksa [rodi] pembuatan jalan raya Anyer-Panarukan, perpecahan Kesultanan Mataram, dan perlakuan tak senonoh, yang melangggar tata-krama adat-istiadat Jawa, terhadap para sultan dan para pangeran serta para sesepuh kraton. Selain itu, Daendles juga tak berhasil membendung masuknya Inggris ke Nusantara, yang diawali oleh kedatangan Jenderal Rafles di Sumatera (1910). Tindakan Daendels di Indonesia tak hanya menimbulkan dendam kesumat membara para pribumi, tapi juga mengundang kebencian dari kalangan bangsanya sendiri, yang melaporkan pengaduan tak menyenangkan ke negeri Belanda; sehingga Napoleon Bonaparte, selaku penguasa besar Eropa pada masa itu, dengan tegas menghentikan kesemenaan Daendles. Ini bisa memberikan sedikit gambaran tentang ketegasan dan kepribadian figur Napoleon Bonaparte.
Siapa pun yang pernah belajar sejarah pasti mengenal nama Napoleon Banaparte alias Napoleon I, kaisar Perancis (1769-1821), ksatria revolusi Perancis, dan komandan militer Perancis legendaris sepanjang zaman yang menundukan Eropa pada abad pertengahan. Napoleon dilahirkan pada 15 Agustus 1769, di Corsica, pulau kecil di lautan tengah di sebelah selatan Perancis, sebagai anak keempat dari keluarga rakyat biasa, Tuan Charles Marie Bonaparte dan Nyonya Letizia. Orangtuanya menyerahkannya ke sekolah militer di Beriene. Ia tamat pada usia 16 tahun, dan mendapat pangkat Pembantu Letnan, dan ditempatkan pada pasukan altileri. Pada 1785, ia dilantik jadi Letnan artileri, namun bisa menjadi jenderal skala-penuh pada usia 24 tahun. Mengangkat dirinya menjadi Kaisar pada 1799, namun kekaisarannya runtuh pada 1815, dan ia meninggal di pengasingan pada 1821.
Pada 19 Mei 1798, Napoleon bertugas ke Mesir menuju arah timur untuk menghacurkan kekuatan Inggris yang bercokol disana dan di tiap pintu gerbang laut kunci penyerangan kekuatan Inggris. Secara politis, tugas ini sekaligus digunakan untuk 'menyingkirkan' Napoleon yang sudah terlalu populer di Perancis. Lebih-kurang empat-puluh ribu tentara dikorbankan untuk tujuan ini dengan dana taktis sebanyak 30 milyar Franc. Setelah merasa sudah terlampau lama di Mesir, sampai ia disebut 'Sultan Al-Kabiyr', Napoleon baru menyadari skenario penyingkiran dirinya oleh pemerintah Perancis, sehingga ia diserahi pimpinan armada di Timur-Tengah, agar Perancis bebas dari pengaruhnya.
Pada 7 Oktober 1799, Napoleon telah kembali berada di Perancis, dan pada 9 November 1799, Napoleon kembali merebut kekuasaan Perancis ke tangannya, dan pada 24 Desemmber 1799, ia mengangkat dirinya menjadi Konsul Pertama, untuk mencapai jenjang lebih tinggi sesuai citacitanya. Sementara itu Rusia tengah bersiap untuk merebut Perancis. Ketika Napoleon mengetahui bahwa pasukan Rusia bergerak ke selatan, ia lebih dulu menyongsongnya melalui Polandia, dengan alasan untuk membebaskan negeri itu dari kemungkinan cengkraman Rusia. Di Polandia, Napoleon tinggal di istana Finekenstein, dan selama lebih-kurang sepuluh minggu 'dunia' diperintahnya dari gedung ini. Pada November 1805, Napoleon memasuki Wina, Austria, sebagai Kaisar pemenang perang.
Napoleon telah mencapai segalanya. Tapi ada masa kejayaan dan ada masa keruntuhan, dan saat itu kini telah mengampirinya. Tiga tahun kemudian, semua musuh Perancis bersekutu dan menggalang pasukan koalisi untuk secara serentak menyerang Perancis, bahkan Austria, akhirnya, demi keselamatan negrinya, terpaksa bergabung dengan Rusia dan Prusia dalam koalisi. Pada jam 12:00 31 Maret 1814, Paris jatuh ketangan pasukan koalisi. Napoleon masih diperbolehkan memakai gelar Kaisar, tapi kedaulatannya dibatasi hanya selingkar pulau Elba. Tapi kemudian, Napoleon dengan sisa pasukan yang ada padanya, keluar dari Elba dan berupaya merebut kembali Perancis. Namun kali ini kekuatan pasukannya sudah jauh berkurang dan musuhnya sudah terlampau kuat. Dalam pertempuran di Waterloo, enam batalyon tentara Napoleon dihancurkan oleh kaveleri Prusia, dan pada 31 Juli 1815, Napoleon pun secara resmi dinyatakan sebagai tawanan perang oleh Koalisi. Pada 17 Oktober 1815, Napoleon diasingkan ke pulau Santa Helena di pantai barat Afrika, sampai akhir hayatnya pada 5 Mei 1821.
Jalan utama di Jawa dari Anyer sampai Panarukan yang dibangun dalam jaman Gubernur Jendral Daendles. Daendles pada waktu membangun jalan ini mengerahkan beribu-ribu penduduk pribumi untuk bekerja secara rodi atau kerja paksa. Jalur jalan ini kemudian berkembang menajdi jalur padat dan urat nadi perekonomian Indonesia saat ini.
Daendales saat itu bermarkas di kota Buitenzorg yang sekarang menjadi Kota Bogor dan tepatnya di Istana Bogor. Jalan yang melintasi depan Istana Bogor atau Jalan Ir., H. Juanda Bogor adalah jalan yang terlewati jalur Anyer- Panarukan yang merupakan bukti sejarah penjajahan yang sangat penting.
Bagi Netters yang ingin mengenang dan memberikan pengetahuan untuk keluarga dan anak-anak mengenai pentingnya memahami sejarah jaman penjajahan Daendles dapat berkunjung ke Kota Bogor. Kebetulan ada Hotel yang bersih, berstandard International yang terletak tepat di depan Istana Bogor yaitu Hotel Salak The Heritage yang patut direkomendasikan untuk tempat menginap selama di Bogor. Dari depan pintu kamar-kamarnya yang Colonial, teman Netters bisa melihat dan merasakan atmospher Kota Buitenzorg yang dipenuhi oleh pohon-pohon besar yang merupakan saksi sejarah yang masih sangat indah dirasakan. Segera ke Kota Bogor dan menginap di Kamar-akamr Colonial yang bercitra rasa tinggi dan detail.
Kalau sudah sampai di Hotel Salak The Heritage, bisa sekalian mencoba Klappertaart yang lembut, dingin dan manisnya pas. Kueh ini telah menjadi icon pesta sejak jaman colonial di Hotel ini.

Daendles adalah Gubernur Jendral pertama yang mengeliminasi kekuasaan dan pengaruh feodalisme kerajaan , melalui reformasi politik ,administrasi, keuangan dan militer, Segala kekuasaan atas tanah di Jawa diambil oleh pemerintah administratif. Daendles juga membentuk hirarki kemiliteran yang tersentralisasi dibawah kekuasaannya . Dengan demikian pasukan-pasukan kerajaan telah kehilangan eksistensi dan fungsinya, Puncak perubahan terjadi pada masa gubernur jendral Rafles : birokrasi dan mesi n pemerintahan bergaya Eropa telah sepenuhnya mengendalikan masyarakat.Sekalipun demikian struktur baru itu tidak mampu menggantikan peran kerajaan sebagai perangkat yang secara nyata mengatur jenjang dan distribusi sumber-sumber laten yang ada dalam masyarakat Jawa. Tapi terjadi perubahan kebijakan ketika kelompok konservatif dan liberal Belanda mengecam penindasan yang dilakukan pemerintah di tanah penjajahan seperti Tanam Paksa. Upaya kelompok konservarif mengakibatkan keluarnya Kebijaksanaan Etism terutama setelah Van Deventer menulis artikel Hutang Budi pada 1899.
Akibat politik etis ini banyak sekali sekolah pribumi didirikan misalnya OSVIA, HIS MULO, AMS, Lyceum, STOVIA , Technische Hogeschool, Rechtschool dll. Sekolah-sekolah ini menjadi sarana rekrutmen pegawai dari keturunan bangsawan dan pangreh praja. Murid-murid inilah yang kelak menjadi agen utama pembawa peradaban Barat (Penders1972).
Untuk memenuhi kebutuhan pasukan KNIL, dibuka kesempatan bagi pribumi untuk memasuki Akademi Militer. Seperti sekolah yang lain hanya anak kaum bangsawanlah yang dapat memasuki Akademi Militer. Sekalipun demikian peminatnya sangat besar sekali. Sampai akhir 1940 hanya 30 perwira KNIL menamatkan pendidikannya di Akademi Militer Kerajaan di Breda, Belanda. Saat Belanda diduduki Jerman, yang tidak memungkinkan pengiriman siswa ke Belanda , maka didirikan Akademi Militer di Bandung.4)




DASAR PEMIKIRAN KONSTRUKTIF;
A. KEBESARAN SEORANG DAENDELS BERDASARKAN SEJARAH KOTA BESAR DI P. JAWA


Sejarah Banten
Banten merupakan provinsi yang baru berdiri di era reformasi, tepatnya pada tanggal 6 Oktober 2000. Provinsi Banten ini merupakan pecahan dari provinsi Jawa Barat. Serang ditetapkan sebagai ibukota provinsi Banten. Gubernur Banten yang pertama adalah Dr. H. Djoko Munandar, MSc.
Pada era Kerajaan Sunda Pajajaran, Banten merupakan ancaman bagi kerajaan tersebut. Dalam hal perdagangan, Banten merupakan saingan Sunda Kelapa. Keduanya sama-sama merupakan kota pelabuhan yang penting. Pada abad 13, Sultan Demak menyebarkan Islam di Jawa Barat, yaitu, di Cirebon dan Banten. Hal ini menjadikan Banten sebagai salah satu pusat perkembangan Islam.
Pada tahun 1525, Kesultanan Banten berdiri. Pada era pemerintahan Maulana Hasanuddin, Kesultanan Banten mengalami kemajuan pesat dan semakin memperjelas jati dirinya sebagai pusat penyebaran agama Islam ke seluruh wilayah Pajajaran, bahkan sampai ke beberapa wilayah di Sumatera.
Banten mencapai puncak kejayaannya pada era pemerintahan Sultan Ageng Tirtayasa yang berlangsung dari tahun 1651 sampai tahun 1682. Sementara itu, Belanda terus memperbesar pengaruhnya di Kesultanan Banten. Pada akhirnya mereka berhasil menjalin hubungan dengan putra mahkota Pangeran Gusti atau Pangeran Anom. Hubungan putranya dengan Belanda sangat menggusarkan Sultan Ageng. Akhirnya Sultan Gusti diperintahkan untuk memperdalam ilmu agama di Mekkah, sekaligus menjalankan ibadah haji. Sekembalinya dari tanah suci, Pangeran Gusti dikenal dengan sebutan Sultan Haji. Dia kemudian menjalankan roda pemerintahan Banten dengan tetap didukung oleh ayahnya.
Prilaku sultan Haji ternyata tidak berubah. Dia tetap menjalin hubungan mesra dengan Belanda. Untuk menyadarkan anaknya tersebut, Sultan Ageng yang ketika itu telah tinggal terpisah dari anaknya, mengirimkan pasukan ke Surosowan, tempat kediaman Sultan Haji. Namun Sultan Haji melakukan perlawanan terhadap pasukan yang dikirim ayahnya tersebut, bahkan dia meminta bantuan Belanda.
Dari sini perlu ditelaah ulah apakah betul seorang Daendles seorang yang otoriter yang tidak pernah konsep yang jelas tentang kepemimpinannya?
Demi menjaga kenikmatan dengan penguasa colonial seorang Sultan Haji tega menggusur saudarannya dan selanjutnya adalah mengorbankan ribuan rakyatnya untuk dijadikan tameng kesetiaan terhadap Daendles…………


Sejarah Bandung

Jalan Anyer – Panarukan dibuat atas perintah Raja Belanda Louis Napoleon kepada Marschalk Herman Willem Daendles, Gubernur Jenderal Hindia Belanda, pada awal tahun 1800an. Tujuan utama pembuatan jalan itu adalah untuk memperkuat pertahanan Belanda di pulau Jawa dari serangan tentara Inggris yang konon berencana mengambil alih Pulau Jawa dari tangan Belanda. Masih inget pelajaran sejarah? Kita dijajah Belanda sementara Malaysia dijajah Inggris? Hmm …
Jalan yang pada saat itu disebut sebagai Groote Postweg (groote = great = besar, post = pos, weg = jalan) ini membentang sepanjang 1.000 km melintasi pulau jawa dan menelan nyawa 30.000 ‘koeli’ pribumi. Bayangkan kalau diambil rata-rata berarti setiap 1 km dikorbankan nyawa 30 pribumi untuk pembuatan jalan ini, miris enggak sih? Sesudah itu, ternyata fungsi Groote Postweg yang utama ini ternyata gagal dicapai, karena akhirnya Belanda menyerah pada Inggris setelah diserang melalui Pelabuhan Semarang di tahun 1811.
Pengorbanan 30.000 pribumi itu pada akhirnya membawa hikmah juga, banyak hal baik muncul karena terciptanya si Groote Postweg ini. Diantaranya kelahiran kota Bandung Modern. Karena memang Bandung yang kita kenal sekarang ini konon katanya direlokasikan dari lokasi sebelumnya (Dayeuh Kolot sekarang, dayeuh = kota, kolot = tua) atas permintaan Daendles kepada bupati Bandung Wiranatakusumah II. Kenapa harus dipindahkan? Karena blueprint (though I’m sure its not blue then) pembangunan jalan Groote Postweg di daerah priangan ternyata berselisih jarak sekitar 11 km dari lokasi kabupaten Bandung pada saat itu, yang sekitar dayeuh kolot itu. Mungkin Daendles berpikir kalau sebuah kota mau maju, maka kota tersebut harus mudah diakses -artinya harus kelewatan jalan baru ini dong.
Singkatnya, setelah berkali-kali pindah mencari lokasi yang strategis, Wiranatakusumah II memutuskan sebuah lokasi -yang kita kenal sebagai alun-alun kota Bandung sekarang- sebagai ibukota kabupaten Bandung yang baru. Nah, dari titik inilah kota Bandung berkembang ke segala arah sehingga mencapai ukuran seperti sekarang. Kalau mau bukti, silahkan jalan-jalan ke jalan Asia Afrika –di depan kantor P.U. akan ditemukan sebuah patok beton kecil yang menandakan titik 0 km kota Bandung.
by benben for mahanagari (disarikan dari berbagai sumber, termasuk Wajah Bandung Tempo Doeloe-nya Pak Kunto alm.)
Tags: sejarah bandung

Siapa yang sebenarnya yang mengorbankan 30.000 jiwa itu ?
Kehebatan Daendles sudah betul nyata sebagai seorang real imajiner yang sukses di dunia, terlepas dari konotasi dia sebagai symbol kebiadaban atau penindasan rakyat di Pulau Jawa…….
Ingat bahwa semua imajinernya didukung kekuatan budget dibelakangnya dari Napoleon Bonaparte. Hal ini menandakan bahwa budget i8tu telah diselewengkan (big corruption by spontaneity) oleh pemimpin-pemimpin local yang memiliki karakteristik menindas ATS (Asal Tuan Senang) dan kekuasaan tetap jalan…………….
Selanjutnya ikuti juga catatan berikut yang bias jadi bahan perenungan lain tentang sosok Daendles…….
Pemerintah Hindia Belanda yang saat itu menguasai Jawa dan Nusantara pada umumnya dibawah pimpinan Gubernur Jendral Herman Willem Daendles (1808-1811), mempunyai rencana sebuah jalan yang membelah Pulau Jawa, menghubungkan Anyer di ujung barat dan Panarukan di Ujung Timur. Jalan ini, yang dikenal sebagai Jalan Raya Pos (Groote Postweg), membentang sepanjang kurang lebih 1000 kilometer. Pembuatan jalan tersebut dimaksudkan untuk mempermudah hubungan antara daerah-daerah yang berdekatan serta dilalui jalan tersebut. Atas perintah Daedles inilah, sejak tanggal 25 Mei 1810 , ibu kota Kabupaten Bandung yang semula berada di Karapyak mengalami perpindahan, mendekati Jalan Raya Pos.
Pemerintah Hindia Belanda yang saat itu menguasai Jawa dan Nusantara pada umumnya dibawah pimpinan Gubernur Jendral Herman Willem Daendles (1808-1811), mempunyai rencana sebuah jalan yang membelah Pulau Jawa, menghubungkan Anyer di ujung barat dan Panarukan di Ujung Timur. Jalan ini, yang dikenal sebagai Jalan Raya Pos (Groote Postweg), membentang sepanjang kurang lebih 1000 kilometer. Pembuatan jalan tersebut dimaksudkan untuk mempermudah hubungan antara daerah-daerah yang berdekatan serta dilalui jalan tersebut. Atas perintah Daedles inilah, sejak tanggal 25 Mei 1810 , ibu kota Kabupaten Bandung yang semula berada di Karapyak mengalami perpindahan, mendekati Jalan Raya Pos.
Bupati Wiranata Kusumah II, dengan persetujuan sesepuh serta tokoh-tokoh dibawah pemerintahannya, memindahkan ibu kota Kabupaten Bandung dari karapyak ke Kota Bandung sekarang. Daerah yang dipilih sebagai ibu kota baru tersebut, terletak diantara dua buah sungai sungai, yaitu Cikapundung dan Cibadak daerah sekitar alun-alun Bandung sekarang yang dekat dengan Jalan Raya Pos. daerah tersebut tanahnya melandai ke timur laut sehingga cocok dengan persyaratan kesehatan maupun kepercayaan yang dianut saat itu. Sungai-sungai yang mengapitnya juga dapat berfungsi sebagai sarana utilitas kota.
Setahap demi setahap, dimulailah pembangunan ibu kota kabupaten baru. Perpindahan rakyatnya pun dilakukan secara bertahap, disesuaikan dengan pengadaan perumahan serta fasilitas lain yang tersedia.
Menurut buku sejarah Kabupaten Bandung, pada tahun 1846, jumlah penduduk Kota Bandung baru sekitar 11.054 jiwa, terdiri atas 11.000 orang bangsa pribumi, 9 orang bangsa eropa, 15 orang bangsa Cina, dan 30 orang bangsa Arab, serta bangsa Timur lainnya. Saat itu Kota Bandung masih merupakan pemukiman kota kabupaten yang sunyi sepi, dengan pemandangan alam berupa bukit-bukit dan gunung-gunung disekelilingnya.
Pada tahun 1852, daerah priangan terbuka untuk siapa saja yang ingin menetap disana. Dengan adanya pengumuman yang dibuat oleh Residen Priangan, Steinmetz, maka mulailah berdatangan para pemukin baru. Dengan keadaan alam yang sangat mebarik, Bandung sebagai suatu tempat bermukim banyak mengundang para pendatang untuk tinggal danmenetap ditanah Parahiangan tersebut.
Untuk mengatur pembangunan kota akibat bertambahnya jumlah penduduk, maka disusun suatu pedoman dasar bagi pembangunan Kota Bandung dengan “Rencana Kota Bandung” (Plan der Negorij Bandoeng). Dengan adanya rencana ini, maka dimulailah lebih terarah dan terkendali. Pada tahun 1850, mulailah dibangun Masjid Agung serta Pendopo Kabupaten-saat ini terletak di pusat Kota Bandung. Adanya ruang terbuka, alun-alun, yang berhadapan dengan pendopo yang berfungsi sebagai pusat pemerintahan, serta dibangunnya bangunan-bangunan lain yang berfungsi sebagaifasilitas pelayanan dan penunjang kegiatan pemerintahan kota, seperti kantor pos, penjara, bank dan pasar-mencerminkan tipe pusat kota tradisional dengan sedikit pengaruh Barat.
Itulah sekilas sejarah berdirinya kota Bandung, yang mana dalam perjalanannya Bandung sempat dipersiapkan sebagai ibu kota Hindia Belanda, dengan rencana memindahkan ibu kota pemerintahan dari Batavia ke Bandung. Maka Bandung dipersiapkan sedemikian rupa untuk perpindahan tersebut, salah satunya dengan membangun bangunan-bangunan pemerintahan dan pemukiman dengan rencana tata ruang yang baik.
(Sumber: Courtessy Bandung Society for Heritage Conservation)

Sejarah Surabaya
Deskripsi yang sama pernah diungkapkan Artus Geijsel (1620-an), bahwa lingkaran kota adalah 5 mil. Sebagai pertahanan separoh kota dikelilingi tembok dan separuhnya lagi oleh baliwerti (onggokan tanah). Selain itu seluruhnya dikelilingi parit indah. Diantara tembok dan parit berdiri tanggul yang kuat. Pada setiap jarak tembakan meriam terdapat benteng kecil yang berbentuk bujur sangkar. Setiap benteng ada 10 sampai 12 meriam, sehingga mudah dipertahankan. Di beberapa tempat tinggi tembok melebihi dua kali panjang tembok dan di bawah, selebar 2 langkah, dibuat bersayap-sayap, bersambungan sehingga menyerupai tangga. Melihat panjang tembok (30 km lebih), bisa diduga keberadaan kota tersebut terletak di kedua sisi Kalimas.
Istananya? Artus Geijsel melukiskan, istana terletak di daerah kota, kira-kira dekat sungai. Istana atau keraton dikelilingi tembok besar dan di dalamnya terdapat rumah-rumah, seperti keraton Jawa pada umumnya. Di depan gerbang terdapat alun-alun yang tumbuh pohon beringin indah terpangkas. Di bawah pohon ada bangku-bangku, tempat duduk. Pasarnya terletak di depan keraton. Bila kota bagian barat terbentang dari Rode Brug (Jembatan Merah) sampai Baluwarti, berarti alun-alun yang dulu disebut Stadstuin atau taman kota, terletak kurang lebih di bagian tengah. Sebelah selatan termasuk daerah sakral karena terdapat gang Keraton (dekat Kramat Gantung). Di situ juga terdapat sebuah kepatihan dan daerah Tambakbayan yang diperkirakan sebagai tempat tinggal Adipati Tambakbayan alias Sanjata.Singkatnya, menurut catatan Faber, Surabaya pernah menjadi bagian dari wilayah kerajaan Demak (1483-1542), lalu selama kurang lebih 30 tahun di bawah kekuasaan Madura, kemudian di bawah kekuasaan Pajang (1570-1587). Selanjutnya Surabaya berada di bawah supremasi Mataram (1625-1743). Setelah itu (11 November 1743), Paku Buwono II dari kerajaan Mataram di Surakarta menyerahkan haknya atas seluruh pantai utara Pulau Jawa dan Madura kepada VOC, sebagai balas budi karena VOC telah banyak membantu hingga ia berhasil naik tahta Mataram.
Dengan diserahkannya pantai utara Jawa dan Madura kepada VOC, Belanda lalu mendirikan struktur pemerintahan baru dengan kedudukan gubernurnya di Semarang. Sedangkan di Surabaya diangkat seorang Gezaghebber in den Oosthock (penguasa bagian timur pulau Jawa). Penguasa VOC yang di Surabaya yang diangkat adalah Keyser (1746). Ia bertempat tinggal di sebuah bangunan yang diberi nama Rumah di Atas Bukit. Rumah ini merupakan bagian dari kompleks perbentengan pertama Belanda (Fort Rethancement) yang ada di Surabaya. Kompleks tersebut letaknya sekarang kurang lebih berada di daerah kantor Gubernur (Jl Pahlawan). Sebelah selatan benteng berdiri pemukiman keluarga tentara Belanda yang menjaga keamanan benteng tersebut. Kompleks ini merupakan pemukiman pertama orang Belanda di Surabaya.
Ketika masa Dirk van Hogendorp, penguasa VOC di Surabaya berikutnya, daerah pemukiman orang Belanda kemudian berkembang ke utara, yang pusatnya berada di sekitar Jembatan Merah dan Taman Jayengrono (Willemsplein). Kantor van Hogendorp terletak di depan Taman Jayengrono yang kemudian disebut City Hall. Sebagai kota benteng, kantor penguasa itu pun berfungsi sebagai pusat kota. Karena itu, daerah Jembatan Merah pada abad-abad selanjutnya merupakan pusat kota Surabaya masa lampau. Di samping itu ia juga meluaskan daerah pemukiman Belanda ke selatan sampai daerah Simpang (Jl Pemuda). Bahkan ia membuat sebuah Rumah Taman/kebun (Tuinhuis) yang indah di situ, dekat Kalimas dengan biaya tidak kurang 14.000 ringgit. Rumah kebun tersebut menjadi tempat kediamannya resmi, dan sekarang menjadi Wisma Grahadi. Pastinya, ia terus membangun tempat-tempat pemukiman dalam upaya untuk memperkuat pertahanan kota Surabaya menghadapi serangan dari bangsa Inggris.

Perkembangan kota Surabaya dengan gaya kuno berubah menjadi kota gaya Eropa. Bahkan ketika Gubernur Jenderal Hirman Willem Daendles berkuasa (1805-1811) dan menetap di Surabaya, kota Surabaya diset up dan dibangun sebagai sebuah kota Eropa kecil. Daendles menjadikan kota Surabaya sebagai kota dagang sekaligus kota benteng. Surabaya mulai dihubungkan dengan Jalan Pos Besar (Grote Postweg) atau Jalan Daendies, yang menghubungkan kota-kota pantai utara pulau Jawa dari Anyer sampai Panarukan.
Sarana dan prasarana mulai dibangun dengan gaya Eropa. Rumah penguasa dinas (Tuinhuis, rumah kebun) yang terletak di Simpangstraat (Jl Pemuda) dirombak menjadi rumah mewah bak istana, dan dijadikan rumah dinasnya. Sebagai kota benteng, ia melengkapi Surabaya dengan pabrik senjata (Altellerie Constructie Winkel), dan sebuah benteng di mulut pulau Menarie (Fort Lodewijk), yang pada 1857 dimusnahkan. Ia juga mendirikan asrama militer lengkap dengan sebuah tangsi dan markas di Jotangan (Taman Sikatan), rumah sakit militer CBZ (Central Burgerlijke Ziekenhuis) di Simpangstraat, yang sekarang menjadi pusat belanja Surabaya Delta Plaza.
Surabaya kian hari makin sarat dengan kepentingan Belanda untuk pertahanan. Gubernur Jenderal van den Bosch (1830-1833) menjadikan Surabaya sebagai kota pertahanan untuk Jawa. Sebagai kota dagang yang sangat strategis dengan keadaan benteng-benteng kuno yang sering tidak berfungsi, seperti Fort Belvedere, Fort Kalimas, Fort Lodewijk dan Fort Oranje, akhirnya dibangunlah benteng-benteng di sekeliling kota Surabaya serta benteng Prins Hendrik di muara Kalimas, tepatnya di Citadelweg (Jl Benteng). Benteng ini diririkan (1837) dengan tebal tembok 3 meter, didalamnya bisa menampung 5000 tentara dan 70 ekor kuda altelleri (tahun 1960 benteng ini dibongkar).
Di bagian selatan benteng ini berdiri kota pemukiman orang-orang Eropa yang berkembang dengan pesat. Surabaya tumbuh sebagai kota pelabuhan yang penting, juga sebagai kota militer dan gudang makanan, dengan tembok melingkari daerah seluas lebih kurang 300 ha. Sebelah barat Jembatan Merah terletak tempat kediaman orang Belanda, terdiri dari City Hall (kantor residen Belanda), kantor pos, rumah toko, barak militer, bengkel, gereja dan rumah panti asuhan yatim piatu (Jongen Weezen Inrichting). Sebelah timur Kalimas yang dihubungkan oleh Jembatan Gantung (Jembatan Merah) terdapat daerah pemukiman orang asing lainnya, seperti Chinese Kamp, Arabische Kamp, dan Malaise Kamp (kampung Melayu). Sementara penduduk asli Surabaya kebanyakan bertempat tinggal di luar benteng.
Dari kota perbentengan (1870), Surabaya terus berkembang ke selatan menjadi kota modern. Meski planologi kota Surabaya berkembang secara tidak terencana, tetapi sarana prasarana serta utilitas kota, seperti jalan-jalan baru, jalan kereta api, pelabuhan dan sebagainya, mengalami perkembangan (1870-an sampai 1905). Kalau sebelumnya aktivitas di bidang sosial ekonomi dan politik berpusat di daerah Jembatan Merah, maka sejak 1870 daerah perumahan terus berkembang ke selatan sampai daerah Kayoon, yang merupakan daerah paling selatan kota Surabaya (sampai 1905).
Terjadilah pembangunan kota Surabaya model Barat, yang menghancurkan kawasan lama dan memaksa penduduk pribumi, terdiri dari orang Jawa, Madura dan Bugis, yang padat untuk pindah dan membangun kembali pemukimannya. Sementara di pusat kota dibangun perumahan gedung bagi orang Eropa, Cina dan orang Arab. Kota yang khas Asia Tenggara dengan bangunan kayu diselang-seling pepohonan dan aliran sungai, dirubah dengan struktur baru berupa jembatan-jembatan, kanal-kanal, jalan-jalan beraspal dan bangunan bertembok, di sepanjang jalan utama, seperti Jl Pasar Besar, Jl Tunjungan, Jl Kaliasin (Jl Basuki Rachmad), Jl Simpang (Jl Pemuda), Jl Embong Malang, Jl Kedungdoro dan Jl Blauran.
Di belakang gedung-gedung tembok dengan kawasan yang makin menciut inilah orang-orang pribumi Surabaya berusaha membangun kembali lingkungan asal mereka dan menyesuaikan diri dengan arus pendatang baru, berupa komunitas kampus. Pemandangan yang mencolok dengan dua komunitas berbeda, masyarakat kampung dan masyarakat elit.
Di bawah kekuasaan kolonial, Surabaya selain berkembang menjadi kota dagang dan industri, juga menjadi pangkalan utama Angkatan Laut Belanda di Indonesia. Diberlakukannya cultuurstelsel, pelabuhan Surabaya semakin berkembang, karena hasil bumi dari Jawa Timur diekspor melalui Surabaya. Pelabuhan Surabaya pun semakin dibenahi. Untuk pembangunan konstruksi Marine Establishment (ME atau PAL sekarang) di Ujung yang dijadikan instalasi militer, dipekerjakan ribuan tenaga kerja yang diambil dari daerah sekitarnya.
Kota Surabaya makin berkembang setelah pemerintah Kolonial membuat kebijakan politik perekonomian liberal, yang dikenal opendeur politiek (politik pintu terbuka). Indonesia dan Jawa Timur khususnya terbuka untuk penanaman modal swasta asing, yang tidak hanya dari Belanda tapi juga dari negara-negara maju lainnya, seperti Jerman, Perancis, Belgia, Italia, Inggris, Amerika dan Jepang. Di jaman liberal ini, kaum kapitalis swasta memainkan pengaruh yang sangat menentukan terhadap kebijakan penjajahan. Secara besar-besaran kaum kapitalis asing membangun perkebunan, pertambangan dan industri di Hindia Belanda dan Jatim khususnya, untuk menghasilkan bahan-bahan komoditi yang diekspor melalui pelabuhan Surabaya. Dalam tempo sepuluh tahun (1920-1930) beberapa pabrik besar dan perusahaan jasa lainnya didirikan di kota Surabaya.
Bahkan tahun-tahun sebelumnya, sebenarnya sudah berdiri pabrik-pabrik industri, seperti penggilingan/industri tebu (1853) yang didirikan oleh H Mac Gillavry di Keputran. Disusul kemudian orang-orang Cina mendirikan penggilingan tebu (1859) di Ketabang, Jagir, Karah dan Darmo. Pada tahun yang sama orang pribumi juga mendirikan penggilingan tebu di Gubeng, Bagong, Dadongan dan Patemon. Semua hasil penggilingan tebu tersebut harus dijual kepada pemerintah Belanda.
Setelah itu (1916), pemerintah kotamadya (Gemeente) Surabaya memutuskan, daerah Ngagel dijadikan sebagai zoning industrie. Banyak pabrik yang dulunya berlokasi di kota bawah (beneden stad, sekitar Jembatan Merah) pindah ke daerah baru ini. Selanjutnya, di kota Surabaya Selatan muncul pula perusahaan-perusahaan jasa, seperti Hotel Simpang (1868) di Jl Pemuda, Hotel Embong Malang (1872-1912) di Jl Embong Malang dan Oranje Hotel (1910) yang sekarang bernama Hotel Majapahit di Jl Tunjungan.

B. MENGINGAT KEMBALI KEBESARAN DAENDLES DARI BERBAGAI SUDUT EKSPRESI

Pameran Lukisan – “Dua Sisi Mata Uang” Karya Cak Kandar & Sri Mulyani Indrawati

Publikasi: , 24 2007
Jakarta, 22 Agustus 2007 ~ Dalam rangka HUT Proklamasi Kemerdekaan RI yang ke-62, BAPORSENI Direktorat Jenderal Perbendaharaan menggelar Pameran Lukisan di Gedung Prijadi Praptosuharjo Direktorat Jenderal Perbendaharaan dengan tema ‘DUA SISI MATA UANG’ karya Cak Kandar dan Ibu Sri Mulyani Indrawati. Tema ini dipilih karena merupakan simbol dari sisi manusia yang memiliki logika dan rasa.
Pada dasarnya manusia dituntut untuk memiliki dua penilaian yaitu logika dan rasa. Dalam hal ini salah satunya tidak lebih penting daripada yang lain karena keduanya berperan penting untuk menjadikan kita sebagai manusia yang beradab dan seutuhnya. Dalam berkarya sudah sepatutnya logika dan rasa tidak lagi dipisahkan seperti halnya Dua Sisi Mata Uang yang merupakan satu kesatuan. Dengan logika maka akan terbentuk sebuah keteraturan, terarah dan sistematis dan dengan rasa akan memberikan kekayaan jiwa sehingga tercipta apa yang namanya sensivitas humanisme.
Direktur Jenderal Perbendaharaan Bapak Herry Purnomo selaku Pembina BAPORSENI Direktorat Jenderal Perbendaharaan dalam sambutannya berharap agar dalam pameran lukisan karya Cak Kandar dan Ibu Sri Mulyani Indrawati ini dapat memberikan sumbangsih untuk meningkatkan, memperluas dan merangsang pemahaman sebagai ruang proses belajar untuk mendapatkan pengetahuan yang komprehensif tentang karya seni lukis Indonesia.
Selanjutnya Ibu Sri Mulyani Indrawati selaku Menteri Keuangan memberi sambutan sekaligus meresmikan pameran lukisan ini yang berlangsung sampai dengan tanggal 25 Agustus 2007 mulai pukul 11.00 – 20.00 bertempat di Gedung Prijadi Praptosuharjo. Dalam sambutannya beliau sangat terkesan dengan pameran lukisan “Dua Sisi Mata Uang” yang digelar di Gedung Prijadi (diambil dari nama mantan Menteri Keuangan Indonesia), karena memberi kesempatan untuk bisa lebih menikmati keindahan gedung bersejarah yang dimiliki Departemen Keuangan. Dan seperti diketahui bahwa Gedung ini dibangun pada jaman Daendles yang harus kita jaga dan kita pelihara biar bisa diwariskan kepada generasi yang akan datang. Diambilnya tema “Dua Sisi Mata Uang” beliau juga mengatakan bahwa pada dasarnya manusia mempunyai dua dimensi, kalau komputer 0 dan 1, kalau mata uang sisi kiri dan kanan, kalau otak kiri dan kanan atau logika dan rasa. Kedua-duanya harus dihargai bersama-sama karena dalam mengelola segala sesuatu yang memerlukan logika bahkan hubungan interpersonal dikantor baik dengan pimpinan, bawahan bahkan dengan kolega semuanya itu menggunakan rasa. Penggunaan rasa tidak hanya dalam ekspresi seni namun dalam keseharian kita perlu dan sering menggunakan rasa.
Dalam acara ini diadakan juga “kolaborasi” melukis dimana Ibu Sri Mulyani Indrawati menggoreskan kuas di atas kanvas sebagai tanda dimulainya pemeran lukisan “Dua Sisi Mata Uang” lalu dilanjutkan oleh Cak Kandar menjadi sebuah lukisan indah.

…………………………………….. Ide pembangunan jalan membuktikan kemampuan fasilitas itu untuk menggerakkan perekonomian Pulau Jawa sejak zaman Belanda dengan dibangunnya jalan sepanjang 1.000 km oleh Daendles……………………


14 August 2008

Jalan Bersejarah yang Dibangun Daendles Anyer Panarukan

Kompas hari ini mengulas tapak tilas jalan utama di Jawa dari Anyer sampai Panarukan yang dibangun dalam jaman Gubernur Jendral Daendles. Daendles pada waktu membangun jalan ini mengerahkan beribu-ribu penduduk pribumi untuk bekerja secara rodi atau kerja paksa. Jalur jalan ini kemudian berkembang menajdi jalur padat dan urat nadi perekonomian Indonesia saat ini.
Daendales saat itu bermarkas di kota Buitenzorg yang sekarang menjadi Kota Bogor dan tepatnya di Istana Bogor. Jalan yang melintasi depan Istana Bogor atau Jalan Ir., H. Juanda Bogor adalah jalan yang terlewati jalur Anyer- Panarukan yang merupakan bukti sejarah penjajahan yang sangat penting.
Bagi Netters yang ingin mengenang dan memberikan pengetahuan untuk keluarga dan anak-anak mengenai pentingnya memahami sejarah jaman penjajahan Daendles dapat berkunjung ke Kota Bogor. Kebetulan ada Hotel yang bersih, berstandard International yang terletak tepat di depan Istana Bogor yaitu Hotel Salak The Heritage (http://www.hotelsalak.co.id/) yang patut direkomendasikan untuk tempat menginap selama di Bogor. Dari depan pintu kamar-kamarnya yang Colonial, teman Netters bisa melihat dan merasakan atmospher Kota Buitenzorg yang dipenuhi oleh pohon-pohon besar yang merupakan saksi sejarah yang masih sangat indah dirasakan. Segera ke Kota Bogor dan menginap di Kamar-akamr Colonial yang bercitra rasa tinggi dan detail.
Kalau sudah sampai di Hotel Salak The Heritage, bisa sekalian mencoba Klappertaart yang lembut, dingin dan manisnya pas. Kueh ini telah menjadi icon pesta sejak jaman colonial di Hotel ini.

Mobil Kuno
Napak Tilas Jalan Daendles Lewati Sragen
Laporan Wartawan Kompas Sonya Helen Sinombor
SRAGEN, KOMPAS-Untuk mengenang perjuangan leluhur yang telah berkorban dalam membuat jalan raya sepanjang Anyer-Panarukan, Pengurus Pusat Perhimpunan Penggemar Mobil Kuno Indonesia (PPMKI), menggelar Napak Tilas Jalan Daendles. Rombongan mobil yang mengikuti napak tilas sejak 1 September 2007 lalu, Jumat (7/9) melintas di Kabupaten Sragen, Jawa Tengah.
Menurut Ketua Panitia Napak Tilas Jalan Daendles, Hartawan “Hawke” Setjodiningrat selain bernoslagia dengan mobil-mobil berusia lebih dari 50 tahun, kegiatan napak tilas digelar untuk mengenal lebih dekat perjuangan para leluhur yang telah berkorban dalam membuat jalan yang saat ini dinikmati banyak orang.
Napak Tilas Jalan Daendles ini menyusuri jalan sepanjang 2.500 kilometer dengan rute dari Anyer-Panarukan-Jakarta. Napak tilas yang diikuti sekitar 100 mobil kuno, termasuk mobil Dodge tahun 1946 yang pernah digunakan Presiden Soekarno yang kini milik Budi Santoso.
“Selain memperingati Hari Ulang Tahun ke-62 Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia, kegiatan ini juga untuk mengenang jatuhnya korban sekitar 12.000 rakyat Indonesia dalam membangun jalan tersebut,” tambah Roy Suryo yang juga peserta napak tilas yang juga Ketua Bidang Informasi Pengurus Pusat PPMKI saat mampir di Pura Mangkunegaran.
Dari Sragen rombongan napak tilas melewati Gemolong-Salatiga-Kopeng dan finish di Magelang.


Jalan Raya Pos, Jalan Daendels by Pramoedya Ananta Toer
Isinya agak beda sama yang diharapkan. Awalnya terbayang buku sejarah tentang pembuatan Jalan Daendles. Ternyata engga sepenuhnya benar. Buku ini lebih banyak bercerita tentang kejadian sejarah di kota-kota yang dilewati sama jalan sepanjang 1.159 km ini. Juga pengalaman pribadi Pram saat datang ke kota-kota di sepanjang jalan ini. Ada banyak cerita mulai dari jaman VOC sampai Orde Baru yang sama sekali nggak ada hubungannya sama pembuatan jalan pos masuk ke sini. Buku ini menarik, sayang kronologi waktunya loncat-loncat. Pram sering cerita tentang “saat ini” tanpa menyebut waktu kapan. Di buku ini nggak ada pengantar kapan buku itu ditulis. Trus Pram juga nggak nyebut sumber saat dia cerita tentang satu hal. Yang ada Cuma sumber bahan di bagian belakang buku.
Ini salah satu bentuk penasaran sama kenapa kok Bangsa Indonesia mau-maunya kerja paksa untuk bikin jalan ini? Di buku ini Cuma disebut klo Pemerintah Belanda menanggung biaya pembuatan dari ruas Karangsembung - Bogor.
Ada klik tersembunyi di balik ini semua. Bahwa sebetulnya ada sejarah tragis yang sengaja disembunyikan oleh pemimpin-pemimpin local yang memiliki kepentingan-kepentingan tertentu, barangkali tentu saja dalam hal mempertahankan kekuasaan local yang sudah jadi budaya politik bangsa ini.

Mereka tak ubahnya seperti antek-antek Jendral Herman Daendles, yang menghancurkan Keraton Surosowan! Banten kita dihisap habis darahnya sampai sekarat. ...
(sebuah kata-kata sarkasme yang selalu terlontar dalam diri sosok Daendles)
Kata “Mereka” inilah yang sebetulnya yang menjadi biang keladi hancurnya sebuah ide dan cita-cita luhur individu yang luar biasa……
Kita tidak bias menutup mata bahwa seorang Daendels adalah salah seorang Enginer yang menorehkan tinta emas dunia yang belum ada yang menyamai rekornya, terlepas dari pandangan –pandangan kusut yang menyelimuti karya-karyanya.


C. KARYA MONUMENTAL YANG SEHARUSNYA BISA MENJADI TATAPAN DUNIA INTERNASIONAL

Sebuah karya film kolosal yang berdimensi warna budaya Dunia yang selanjutnya dapat menjadi asset bangsa Indonesia kedepan yang memiliki kekuatan maha dahsyat sebagai bentuk persembahan seorang kolonialisme yang memiliki kekuatan emosional dan economical.

Selama ini hanya jadi sebuah angan –angan yang belum bias terwujud karena berbagai persoalan-persoalan klasik Pro dan kontra dengan tokoh yang satu ini. Kemudian juga ketidak jujuran sejarah dalam mengungkap secara realistis apa yang terjadi dalam peristiwa tersebut….

Karya ini apabila terwujud akan memiliki kekuatan kompleksitas dan dapat ditinjau dari berbagai sudut pemikiran-pemikiran strategis dalam rangka membangun image building dan konsep kebangsaan dari NKRI yang sudah cenderung skeptis dan ambiguitas kelompok dan kepentingan kekuasaan yang menindas.

Dari beberapa uraian di atas dapat diambil beberapa pemikiran-pemikiran positif dalam rangka membangun sebuah imajinasi baru tentang tokoh yang selama ini dianggap negative menjadi dan atau seorang figure yang memiliki kebesaran imajiner.

Efek positip yang akan timbul adalah kebesaran jiwa masyarakat tertindas (daerah koloni) yang berani mengungkapkan peristiwa yang seharusnya diungkap dalam bentuk yang sebenarnya.
Kebesaran jiwa ini akan ditangkap sebagai sebuah bentuk penghargaan kita sebagai sebuah bangsa yang memiliki etika berbudaya yang santun yang menjadi salah satu asset kebesaran bangsa ini.


Istana Daendels

Kamis, 04 September 2008

Pendirian Perusahaan PMA

PENDIRIAN PERUSAHAAN PENANAMAN MODAL ASING (PMA)
By Henri Jo on Feb 14, 2008 in Perseroan Terbatas

Dalam mendirikan suatu Perseroan Terbatas (PT)disyaratkan bahwa seluruh pemegang sahamnya adalah Warga negara Indonesia . Dalam hal terdapat unsur asing baik sebagian ataupun seluruhnya, maka PT tersebut harus berbentuk PT. PMA (Penanaman Modal Asing). Suatu PT biasa yang dalam perkembangannya memasukkan pemodal baru yang berstatus asing (baik itu perorangan maupun badan hukum) maka PT tersebut harus merubah statusnya menjadi PT. PMA.
Secara umum, syarat-syarat dan tahapan-tahapan untuk mendirikan PT. PMA adalah sebagai berikut:
A. Pengajuan Ijin Sementara untuk pendirian PT. PMA melalui BPKM
1. Identitas perusahaan yang akan didirikan, yang meliputi:
a. Nama Perusahaan
b. Kota sebagai tempat domisili usaha
c. Jumlah Modal
d. Nama pemegang saham dan presentase modal
e. Susunan Direksi dan Komisaris
2. Pengajuan permohonan tersebut harus mengisi surat permohonan (INVESTMENT
APPLICATION UNDER THE FOREIGN INVESTMENT LAW ) dengan melampirkan dokumen2, sbb:
1. Pendiri (Pemegang Saham) asing
a. Anggaran dasar Perusahaan dalam bahasa Indonesia atau bahasa Inggris berikut
seluruh
perubahan-perubahannya, pengesahannya ataupun pelaporan/pemberitahuannya atau
b. Copy passport yang masih berlaku dari pemegang saham individual
2. Dari Perusahaan PMA
a. Anggaran dasar Perusahaan dalam bahasa Indonesia atau bahasa Inggris berikut seluruh
perubahan-perubahannya, pengesahannya ataupun pelaporan/pemberitahuannya
b. NPWP Perusahaan
3. Pendiri (Pemegang Saham) Indonesia
a. Anggaran dasar Perusahaan dalam bahasa Indonesia atau bahasa Inggris berikut seluruh
perubahan-perubahannya, pengesahannya ataupun pelaporan/pemberitahuannya atau KTP
untuk individual
b. NPWP pribadi
4. a. Flowchart proses produksi dan bahan baku (raw materials) yang dibutuhkan untuk proses
industri tersebut
b. Descripsi/explanation untuk proses kelangsungan bisnis
5. Asli surat kuasa (dalm hal pendiri diwakili oleh orang/pihak lain)
6. a. Kelengkapan data lain yang dibutuhkan oleh Departemen terkait (bila ada) dan
dinyatakan dalam “Technical guidance’s book on investment implementation”.
b. Untuk sector tertentu, contohnya sector pertambangan yang melakukan kegiatan ekstraksi,
sektor energi, perkebunan kelapa sawit dan perikanan, membutuhkan Surat Rekomendasi
dari Departemen teknis terkait.
7. Dalam sektor bisnis yang diperlukan dalam hal kerja sama
a. Perjanjian kerja sama (bisa berupa Joint Venture, Joint Operation, MOU, dll) antara
pengusaha kecil dan pengusaha menengah/besar yang menyebutkan pihak-pihaknya, system
kerjasamanya, hak dan kewajibannya.
b. Surat Pernyataan dari perusahaan kecil yang memenuhi criteria sebagai Perusahaan Kecil
berdasarkan Peraturan No. 9/1995.
*)Catatan: untuk persyaratan No. 6 poin a dan b akan dikoordinasikan oleh BKPM dengan
institusi/Departemen terkait.
Setelah berkas lengkap, ijin baru dapat diproses di BKPM selama jangka waktu + 2 bulanIjin BKPM
tersebut berlaku sebagaimana halnya Surat Ijin Usaha Perdagangan (SIUP) pada PT biasa
B. Pembuatan akan Pendirian PT. PMA
1. Setelah Ijin dari BKPM keluar, maka dapat mulai untuk proses pendirian PT. PMA (dengan
catatan, nama PT. sudah bisa digunakan/memperoleh persetujuan Menteri).
2. Salinan Akta akan selesai dalam jangka waktu maksimal 2 minggu kerja sejak penandatanganan
akta.
3. Pengurusan Domisili dan NPWP atas nama PT. yang bersangkutan NPWP yang dibuat untuk PT.
PMA harus NPWP khusus PT. PMA , Waktunya + 12 hari kerja.Catatan: Pada saat ini bisa
sekalian mengurus Surat PKP (Pengusaha Kena Pajak) pada KPP khusus PMA tersebut, dan
nantinya akan dilakukan survey/tinjau lokasi perusahaan.Waktunya + 12 hari kerja, karena ada
survei dari Kantor Pajak setempat lokasi usaha.
4. Pembukaan rekening atas nama Perseroan dan menyetorkan modal saham dalam bentuk uang
tunai ke kas Perseroan. Bukti setornya diserahkan kepada Notaris untuk kelengkapan
permohonan pengesahan pada Departemen Kehakiman RI.
5. Pengajuan pengesahan ke Depkeh, Waktunya + 1,5 bulan.
6. Setelah keluar pengesahan dari Departemen Kehakiman, dapat diurus Tanda Daftar
Perusahaan (TDP) dan Wajib Daftar perusahaan (WDP) nya. Waktunya + 2 minggu.
7. Setelah semua selesai, tinggal pengurusan Berita Negara nya. Waktunya + 3 bulan
Setelah semua prosedur dilewati, maka harus dilanjutkan dengan jenis usahanya.
Apabila merupakan industri, maka harus diurus Ijin Lokasi, Undang-Undang gangguan (HO) nya, Surat Ijin Usaha Industri.
Dalam hal perusahaan tersebut akan memasukkan mesin-mesin pabrik, karena berstatus PMA, maka ada subsidi atau keringanan pajak bea masuk atas mesin-mesin tersebut.
Namun untuk itu, PT tersebut harus mengurus Ijin lagi di BKPM,yaitu: Masterlist dan APIS. Setelah itu, pada saat mesin akan masuk, ybs harus mengurus surat bebas bea masuknya pada KPP PT PMA, yang disebut: “SKBPPN” dan dilanjutkan dengan ijin dari Bea cukai berupa Surat Registrasi Produsen (SRP) atau Surat Registrasi Importir (SRI). Mengenai ijin2 tersebut, akan saya bahas lagi secara tersendiri.
Setelah perusahaan berjalan beberapa waktu, maka akan dilanjutkan dengan pengurusan Ijin Usaha Tetap (IUT) pada BKPM.


Center of Excelence Strategic News

Pusat Pengkajian StrategisMERDEKA
Center of Excelence Strategic News

VISI
BERTINDAK, BERSIKAP DAN BERSUARA MERDEKA

MISI
Optimalisasi dan pendayagunaan data strategis
Tolok Ukur Pendataan Strategis Nasional
Efektifitas akses informasi strategis
Validitas dan akurasi Data Strategis
Aktivasi kebebasan dalam pengkajian data strategis
Pluralisme program strategis
Pengakomodasian bertindak, bersikap dan bersuara Merdeka


SUSUNAN KEPENGURUSAN LEMBAGA

Dewan Pendiri/Penyantun : SKH “ MERDEKA”

Dewan Pengarah/Presidium : Ketua : Mulyana W. Kusumah
Anggota : - Amir Daulay
- Prof. Arbi Sanit
Dewan Pelaksana Harian : Executive Director : Boni Hargens
Vice Exc. Director : Henry J. Wahono
Adm. Official :

Senior Adm. : Miranda Putri
Junior Adm. : Artika Sari

Biro Strategis :

Pemberdayaan Kajian Strategis : Moch Maiwan, Phd
· Riset, Diskusi Publik, seminar, Lokakarya, Simulation game
Pengembangan Data Strategis (News Trekking) : Ir. Suhardono
· Web Site, Trekking, Millis, Pooling, Hack
Pendayagunaan Teknologi Informasi Strategis :
· Soft ware production for statistic data
Pendidikan dan Pelatihan Strategis :
· Penciptaan dan pelaksanaan Modul-modul Pendidikan dan Pelatihan
Rekayasa dan Pengolahan Data Strategis : Sri Rahardi Soewito, MSc
· Perpustakaan (Library) dan pusat pengolahan data
Jaringan Pendataan Strategis : Ucok Sky Khadafi, ML
· Penggalangan Dan Aktivasi jaringan informasi dan data
Program Kajian Strategis Merdeka : Gatot Ibnusantoso, Phd
· Kajian Ilmu Dasar
· Kajian Ilmu Terapan
· Kajian Sosio Politic
· Kajian Sosio Ekonomi
· Kajian Sosio Budaya dan Lingkungan
· Kajian Futuristik
· Kajian Pertahanan
· Kajian Potensi Kerakyatan
PANGERAN KALANG JATUH CINTA KEPADA RORO INGGIT
Setelah Pangeran Kalang menjabat Adipati di Betak, maka hatinya tertawan oleh Rr. Inggit, adik dari Reta Mursodo janda almarhum pangeran Bedalem. Roro Inggit ingin dijadikan istrinya, tetapi menolak dan retno Mursodo tidak menyetujuinya. Pangeran Kalang memaksanya. Roro Inggit bersama dengan retno Mursodo meninggalkan Betak dan melarikan diri ke Plosokandang. Pangeran Kalang berusaha mengejarnya, tetapi kehilagan jejak, sehingga ia mengeluarkan suatu maklumat, yang menyatakan bahwa barang siapa ketempatan dua orang putri Kadipaten Betak tetapi tidak mau melapor, maka ia akan dijatuhi hukuman gantung.